Gerakan Literasi Sekolah (GLS) dicanangkan oleh pemerintah berdasarkan Permendikbud Nomor 21 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti. Tujuan dari GLS adalah untuk membiasakan dan memotivasi siswa untuk berliterasi guna menumbuhkan budi pekerti dan kemampuan literasi tinggi. Salah satu alasan pelaksanaan program GLS yaitu masih rendahnya minat baca masyarakat Indonesia.
Melalui GLS, diharapkan dapat menumbuhkan minat baca siswa di sekolah. Kegiatan literasi tidak sekadar membaca dan menulis, namun mencakup keterampilan berpikir menggunakan sumber-sumber pengetahuan dalam bentuk cetak, visual, digital, dan auditori. Clay (Satgas Gerakan Literasi Sekolah Kemdikbud, 2019:10) menjabarkan enam komponen literasi, yaitu literasi dini, literasi dasar, literasi perpustakaan, literasi media, literasi teknologi, dan literasi visual.
Seluruh komponen tersebut menjadi cara efektif untuk menjamin tercapainya tujuan pendidikan nasional melalui GLS. Keterlibatan dan dukungan dari berbagai elemen di pendidikan formal, yaitu warga sekolah dan wali murid sangat berpengaruh untuk memfasilitasi pengembangan komponen literasi siswa.
Ini Meningkatkan Penglihatan 99% dalam 5 Hari Evision Wanita Terkaya asal Palembang Ungkap Rahasia jadi Kaya Money Amulet Turunkan 15 Kg dengan Konsumsi sebelum Tidur selama Seminggu Slimmetrix Situs Kencan Di Mungkin Membuat Anda Terkejut! RTBS Offer Salah satu media berliterasi siswa melalui majalah dinding (mading).
Akhir-akhir ini, keberadaan mading di sekolah dianggap kurang penting dan tidak begitu terurus terlebih di era pandemi Covid-19 yang mengharuskan siswa belajar secara jarak jauh. Padahal mading memiliki banyak manfaat dalam upaya pengembangan GLS.
Seperti yang dikemukakan oleh Nursito (1999:1) yang menjelaskan manfaat majalah dinding, yaitu sebagai media komunikasi, wadah kreativitas siswa dan guru, menanamkan kebiasaan membaca, melatih kecerdasan berpikir, dan mendorong latihan menulis. Dewasa ini, pengembangan teknologi 4.0 menjadi fokus penting dalam dunia pendidikan.
Seorang guru dituntut memiliki kreativitas tinggi dalam penguasaan teknologi dan pengaplikasiannya di pembelajaran. Salah satu bentuk penggunaan teknologi yang dilakukan penulis adalah dengan membuat mading secara digital.
Mading digital merupakan transisi dari penggunaan mading fisik menjadi bentuk digital. Penulis memanfaatkan platform Google Site yang disediakan gratis oleh Google dalam proses pengembangannya. Penggunaan desain yang menarik serta pengoperasian yang mudah menjadi kelebihan dari mading digital yang dibuat.
Mading digital yang dibuat akan diisi dengan karya-karya siswa di sumatera selatan pada tahun ajaran 2022/2023. Karya yang dimuat bisa berupa karangan cerpen, dongeng, puisi, poster, atau karya lain yang mendukung GLS.
Salah satu kegiatan yang sudah dilakukan oleh penulis selaku guru kelas VI dan siswa yaitu dalam pembelajaran bahasa Indonesia materi teks eksplanasi dan SBdP materi pembuatan reklame. Pembelajaran yang dilakukan masih berupa pembelajaran jarak jauh.
Guru memberi penugasan kepada siswa untuk berlatih menulis teks eksplanasi dan membuat reklame dengan tema lingkungan. Hasil karya yang sudah dibuat siswa kemudian difoto dan dikirim ke nomor WhatsApp guru kelas yang nantinya akan di-upload di mading digital kelas.
Kegiatan tersebut berkolaborasi dengan wali murid untuk membantu membimbing siswa apabila mengalami kesulitan dalam proses pengiriman karya. Karya yang sudah berhasil di-upload bisa diakses kapanpun oleh siswa, wali murid, dan guru lain.
Melalui pembuatan mading digital, penulis menyimpulkan bahwa siswa mengalami peningkatan motivasi untuk belajar. Secara tidak langsung, publikasi karya siswa di mading digital akan membuat siswa melakukan kegiatan literasi sehingga tujuan GLS pun akan tercapai.
Pembuatan mading digital juga membuat guru yang lain menjadi terpacu untuk melakukan hal yang sama di kelasnya. Penggunaan mading digital dalam peningkatan GLS perlu konsistensi dari guru dan siswa, supaya media literasi tersebut tetap berjalan dengan karya-karya yang baru.